JAKARTA, KOMPAS.com – Akibat perubahan strategi, 95 persen anggota GoWork kini terdiri dari perusahaan profesional. Perusahaan profesional yang dimaksud adalah Deloitte, AirAsia, Pfizer, Nielsen, dan masih banyak lagi. Padahal sebelum adanya Pandemi Covid-19, keanggotaan GoWork hampir seluruhnya terdiri dari start-up (perusahaan rintisan), usaha kecil dan menengah, serta pekerja lepas. Co-founder dan CEO GoWork Vanessa Hendriadi menceritakan, sementara perusahaan co-working Indonesia lainnya terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja massal atau menutup usaha, GoWork berhasil tidak hanya bertahan. Tetapi, juga berkembang dengan menemukan dan fokus pada peluang pasar yang belum tergarap dengan perusahaan-perusahaan besar dan korporat.
“Meskipun menyediakan ruang kerja selalu menjadi bagian penting dari model bisnis, alasan mengapa kami berhasil di mana yang lain gagal adalah karena telah mengalami transformasi radikal untuk menyediakan dukungan korporat lengkap di berbagai kota di Indonesia,” ucap Vanessa dalam keterangan tertulis, Senin (10/7/2023).
Vanessa mengungkapkan, GoWork Indonesia memiliki tingkat retensi klien tahunan sebesar 85 persen. Klien-kliennya yang terkenal berasal dari berbagai sektor, termasuk perusahaan-perusahaan seperti Creative Capital, Tickled Media, dan Ula, serta lembaga pemerintah yakni PT Pegadaian (Persero) yang menduduki beberapa lantai di beberapa lokasi GoWork di seluruh negeri.
Vanessa menambahkan, GoWork Indonesia juga bekerja sama dengan pemilik properti untuk merevitalisasi aset real estat mereka dengan membangun dan mengelola ruang kerja yang dinamis. “Komitmen kami terhadap layanan fleksibel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dari anggota kami,” katanya. Selain itu, peluncuran solusi kantor virtual global kami baru-baru ini mencerminkan komitmen ini, memberdayakan anggota perusahaan untuk bekerja dari berbagai sudut dunia.
Sumber: Berkat Ubah Strategi, Anggota GoWork Diisi Perusahaan Profesional