Indonesia, DailySocial — Bisnis coworking space termasuk vertikal yang “babak belur” sepanjang pandemi kemarin, karena sebagian besar aktivitas dilakukan di dalam rumah. CoHive pun menyerah dan dinyatakan bangkrut pada 18 Januari 2023. Padahal startup ini pernah dinobatkan sebagai pemilik jaringan coworking space terbesar di Indonesia.
Sempat terpuruk juga, kompetitor terdekatnya GoWork masih bertahan hingga kini karena menemukan peluang pasar yang belum tergarap, yakni perusahaan besar dan korporat. Co-founder & CEO GoWork Vanessa Hendriadi menuturkan pihaknya menyadari pada tengah pandemi kemarin bahwa model kerja tradisional telah berubah untuk selamanya.
Berangkat dari situ, perusahaan dengan cepat mengubah strategi dengan menyasarkan kedua segmen tersebut. Dari hipotesisnya, di masa lalu biasanya perusahaan besar di Indonesia mendirikan kantor pusatnya di Jakarta, lalu merekrut talenta lokal atau merelokasi talentanya untuk pekerjaan tatap muka.
“Namun Covid-19 mengubah dinamika ini sepenuhnya karena tim besar terpaksa bekerja dari rumah. Di tahun 2023, dengan berakhirnya pandemi, perusahaan yang sama sekarang harus beradaptasi lagi,” kata Vanessa dalam keterangan resmi.
GoWork kini menganut konsep scale-as-a-service untuk korporat dan perusahaan besar, yang banyak di antaranya berjuang untuk beradaptasi dengan tenaga kerja pasca pandemi yang menuntut model kerja hybrid.
Solusi full-stack B2B ini membantu korporat menemukan dan mendirikan kantor satelit dan operasi di luar wilayah Jakarta. Kondisi tersebut memungkinkan pembentukan tim yang terdesentralisasi, fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi, dan dukungan langsung di berbagai departemen, seperti sumber daya manusia, hukum, keuangan, dan lainnya.
Menurut Vanessa, transformasi radikal ini terbukti mampu mendongkrak bisnis GoWork, walau sejatinya perusahaan tetap menyediakan ruang kerja sebagai model bisnis utamanya.
“Kami dapat berkembang pada tahun 2023 karena solusi baru kami yang sangat disesuaikan untuk perusahaan besar.”
Meski tidak disampaikan angkanya, diklaim pendapatan GoWork naik dua kali lipat dari pra-pandemi dengan tingkat retensi klien 85% per tahun. Klien korporat GoWork di antaranya Deloitte, AirAsia, Pfizer, Nielsen, Pegadaian, dan lainnya. Sebelumnya keanggotaan GoWork banyak digunakan oleh startup, UMKM, dan pekerja lepas.
Konsep scale-as-a-service
Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Vanessa menerangkan pendekatan konsep scale-as-a-service ini merupakan bentuk komitmen perusahaan demi menyesuaikan kebutuhan klien. Memungkinkan perusahaan dapat menyediakan solusi fleksibel yang memungkinkan bisnis berkembang sesuai ritme mereka sendiri, baik itu ekspansi di satu lokasi, beberapa lokasi, atau bahkan reduksi.
“Kami terinspirasi oleh pemain global, tetapi implementasi kami unik dan disesuaikan dengan konteks Indonesia,” ujarnya.
Ekspansi lokasi baru bagi GoWork juga menjadi strategi yang tak kalah penting, tanpa mengesampingkan peningkatan kualitas layanan. Walau tidak bisa disebutkan secara rinci target penambahan lokasi, disebutkan saat ini GoWork beroperasi di 25 lokasi di lima kota besar, yakni Jakarta, Tangerang, Medan, Bali, dan Surabaya.
Tak hanya ekspansi, perusahaan saat ini menyediakan tambahan solusi kantor virtual. Vanessa menuturkan, solusi dirancang untuk semua skala perusahaan, baik dari mikro maupun enterprise, dengan tetap memberikan rasa komunitas dan kolaborasi.
“GoWork membantu pengusaha untuk pengurusan semua keperluan legal dan kepengurusan karyawan mereka sampai mereka bisa menjalankan bisnisnya.”
Seperti diketahui, kantor virtual ini biasanya menawarkan solusi berupa penyedia alamat perusahaan pada lokasi tertentu yang umumnya terletak di pusat bisnis dengan segala fasilitas yang dibutuhkan sebagaimana kantor pada umumnya. Selain alamat bisnis, umumnya operator juga menyediakan resepsionis, nomor telepon/fax khusus dengan operator pribadi, dan pengurusan dokumen legal.
Sumber: Hipotesis GoWork Terkait Bisnis Coworking Space Pasca-Pandemi