Pertumbuhan startup di Indonesia cukup pesat, dari 52 di awal 2015 menjadi 992 di 2018. Di tengah tren positif ini, para pengelola startup harus pintar mengelola keuangan. Tak semua peluang harus disambar agar tak kewalahan.
Hal itu diungkapkan oleh CEO GoWork Vanessa Li. “Saya rasakan sendiri di awal, saya ditawari banyak sekali lokasi (untuk membuka coworking space). Rasanya, semua mau diambil,” kata dia saat meresmikan unit terbarunya di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (7/2).
Untuk itu, pendiri startup harus menetapkan prioritas di awal membangun usahanya. Maka, pendiri startup harus memahami tujuan dari usahanya dan menyusun target tahunan untuk mengukur sumber daya yang dimiliki. “Banyak pertanyaan yang harus dipikirkan supaya bisa memahami prioritas perusahaan,” kata dia.
GoWork merupakan perusahaan penyedia ruang kerja bersama. Saat ini, GoWork telah memiliki lebih dari 15 coworking space di DKI Jakarta. Ia mengklaim, anggotanya bisa menghemat 50-60% dari pengeluaran karena kelengkapan fasilitas kerja di GoWork.
Hal senada disampaikan oleh Co-Founder FITCO Vandhi Leofatwa. Menurut dia, pengusaha harus menetapkan target perusahaan. Baru setelahnya, bisa menentukan hal-hal prioritas yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut.
Yang kedua, pengusaha juga harus pandai memaksimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mencapai target yang ditetapkan. “Kalau ada yang belum perlu, jangan (diambil),” kata Vandhi.
Menurut General Marketing and Leasing Plaza Indonesia Realty Tbk Astri Abyanti Permatasuri, pengusaha pemula harus terbuka untuk berkolaborasi. Sebab, kerja sama biasanya akan mempermudah pengusaha menjangkau pasar dengan biaya yang lebih rendah. “Kadang, mitranya berbeda dengan bidang kita. Tapi hasil akhir (kolaborasinya) baik,” ujarnya.
Senada dengan Astrid, Senior Vice President Transaction Banking Business Development PT Bank Central Asia Tbk (BCA) I Ketut Alam Wangsawijaya menilai, pengusaha pemula perlu berkolaborasi. Salah satu mitra yang perlu diajak kerja sama adalah di bidang pembayaran, seperti perbankan. “Supaya jangan sampai bisnis bagus, tetapi untuk pembayaran saja susah,” kata dia.
Di samping itu, saat ini tersedia beberap aplikasi yang membantu pengusaha dalam mengelola keuangannya. Finansialku misalnya, menawarkan layanan berbayar seharga Rp 350 ribu per tahun. Pengguna bisa memilih perencana keuangan untuk berkonsultasi. Saat ini, Finansialku memiliki tiga perencana keuangan.
Bahkan, pengguna bisa berkonsultasi langsung dengan perencana keuangan dan akan diatur oleh tim Finansialku. Hanya, Finansialku mengenakan biaya tambahan sebesar Rp 500 ribu per jam. Tak hanya itu, pengguna juga bisa meminta dibuatkan perencana keuangan selama setahun. Besaran biayanya disesuaikan dengan kompleksitas persoalan.
Terdapat beberapa layanan serupa seperti Uangku, Monefy, TemanBisnis, dan Wallet di Indonesia. TemanBisnis diperuntukan bagi pengusaha yang pertama kali memulai usaha. Aplikasi ini dirancang untuk mencatat pemasukan, pengeluaran, hingga transaksi kredit atau utang. Aplikasi ini secara otomatis menghitung sejumlah laporan seperti laba/rugi, utang/piutang, dan pertumbuhan kas secara periodik.
Sumber: Tips Kelola Keuangan bagi Startup Agar Tak Kewalahan