Manajemen Keuangan Pribadi di Kala Krisis COVID-19
Setelah satu bulan berlangsung, krisis COVID-19 tampaknya terus memberi tekanan terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Faktanya, berbagai industri yang bergantung pada konsumen offline seperti restoran dan toko retail kini sedang terancam oleh pergeseran habit konsumen yang lebih tergantung pada platform online dan peraturan pemerintah.
Lebih dari 20 juta penduduk Indonesia terancam kehilangan sumber penghasilannya. Banyak ahli ekonomi memprediksi bahwa ekonomi global akan menghadapi sebuah resesi yang mirip dengan resesi ekonomi yang terjadi setelah Perang Dunia kedua.
Mungkin hal ini sulit didengar, namun, kita sekarang sedang terancam kehilangan sebagian besar dari sumber penghasilan kita. Namun hal ini bukan berarti keadaan finansial kita sudah hancur.
Memang sulit untuk kita mengatur pekerjaan. Tapi, yang bisa kita lakukan adalah mengatur budget dan rencana keuangan kita untuk memitigasi kesulitan finansial yang dapat terjadi dalam waktu dekat.
Pertama-tama, kita harus memahami hal ini: sebagai karyawan, kita tidak bisa menaikkan income. Jika kita adalah pekerja full-time yang bergantung pada gaji tiap bulannya, maka kita tidak dapat men-scale pemasukan kita.
Tapi, yang dapat kita lakukan adalah mengatur pengeluaran. Namun, kita tidak bisa semena-mena langsung memotong berbagai macam expense. Ada 3 tipe pengeluaran, dan tidak semuanya bisa dikurangi begitu saja.
Pertama, pengeluaran primer. Pengeluaran-pengeluaran dalam kategori ini memiliki sifat wajib, salah satunya adalah pengeluaran kewajiban, seperti kredit dan cicilan. Namun, peraturan pemerintah dapat menyesuaikan berapa banyak yang harus kalian keluarkan untuk kredit dan cicilan karena kemudahan. Selain itu, pengeluaran yang termasuk di kategori primer adalah sewa rumah/apartment/kost dan makan sehari-hari.
Kedua adalah pengeluaran sekunder. Pengeluaran sekunder ini bersifat opsional, jadi, pengeluaran-pengeluaran ini dapat menjadi kandidat pemotongan pengeluaran. Yang termasuk di kategori ini adalah pengeluaran untuk jajan, hangout, dan entertainment.
Terakhir adalah pengeluaran investasi. Ini adalah pengeluaran untuk aset-aset kalian yang dapat menghasilkan penghasilan di waktu yang akan datang.
Setelah mengenali mana saja pengeluaran kalian yang dapat masuk ke kategori-kategori tersebut, kalian dapat mengevaluasi mana yang jika dikurangi tidak akan menyulitkan keperluan hidup kalian dalam waktu yang akan datang.
Lalu, selain mengatur budget, kita juga harus mempersiapkan dana darurat. Dana darurat ini jumlahnya harus dapat memenuhi biaya hidup dalam periode tertentu. Kita dapat menyisihkan sebagian gaji kita untuk disalurkan menjadi dana darurat.
Dana darurat ini lah yang akan menjadi jaminan hidup kita jika keadaan memburuk, karena kita tidak akan memiliki sumber pemasukan. Lalu, dana darurat ini juga menjadi lebih krusial jika kita menanggung finansial keluarga.
Dana darurat ini harus dipersiapkan untuk jangka-jangka waktu tertentu, dan tidak bisa sembarangan. Kalian dapat memperkirakan berapa lama hingga kalian bisa memiliki sumber penghasilan lagi. Umumnya, orang mempersiapkan dana darurat untuk periode 3, 6, atau 9 bulan, bahkan 1 tahun.
Kalau sekarang, di situasi yang sudah beresiko ini, kalian belum mempersiapkan dana darurat maka persiapkan “nest egg” melalui membeli valuta asing, atau menjual aset-aset tidak terpakai, seperti sepeda atau kamera yang sedang tidak terpakai pada masa pandemi.
Untuk penyimpanannya sendiri, ada baiknya dipisah rekening antara simpanan operasional sehari-hari dan dan simpanan, agar tidak bocor penggunaannya. Dan jika kita ingin mencari opsi simpanan selain tabungan, maka kita harus memilih opsi yang mudah dicairkan, seperti deposito jangka pendek. Jika kita ingin menabung di emas, maka harus diperhitungkan, apakah dengan keadaan dunia seperti sekarang nilai emas akan terus aman.
Setelah memiliki dana darurat, kita harus memperkuat fondasi emergency kita dengan memiliki asuransi. Jika fondasi ini sudah cukup kokoh hingga sejauh-jauhnya 1 tahun kedepan, dari situ baru kita bisa menggunakan dana yang tersisa untuk berinvestasi di kala krisis.
Banyak yang melihat investasi sebagai satu hal yang mudah. Faktanya, jumlah penimbun masker dan hand sanitizer sedang marak-maraknya, berusaha meraup keuntungan disaat permintaan sedang tinggi. Namun, mereka lupa bahwa mereka bukan satu-satunya penyedia produk tersebut, dan produk itupun akan terus diproduksi.
Di waktu yang penuh ketidakpastian ini, kita harus bijaksana dalam memilih investasi. Jangan mengambil keputusan yang beresiko tinggi, terutama jika terkait dengan keuangan kita.
Ketimbang menimbun barang, kita bisa menawarkan produk atau jasa kreatif. Kita dapat mencari komunitas atau teman yang dapat membantu kita menemukan opsi untuk menghasilkan uang melalui kemampuan kita, agar kita dapat terus survive di kala krisis tanpa mengambil keputusan beresiko.
Jika kita bisa berinvestasi, lalu bagaimana dengan cicilan atau kredit yang masih kita punya di kala krisis ini?
Memang krisis datangnya tidak terduga. Kita yang sudah nyaman dengan keadaan finansial sehingga mengambil kredit pun bisa terkejut dengan perubahan yang mendadak, dan kita tidak bisa semudah itu meminta penundaan kredit, terutama kita dengan pinjaman/kredit di pinjol (pinjaman online) yang umumnya mudah diambil.
Untungnya, pemerintah membuat keputusan untuk keringanan bagi para peminjam. Namun keringanan ini harus kita minta secara langsung di bank tempat kita meminjam. Tapi, kita harus tetap memiliki niat baik untuk keringanan ini, bukannya aji mumpung, dan menunda pembayaran untuk hal-hal lain.
Untuk para first-jobber yang telah menikmati income dan kemandirian jangan terburu-buru juga merasa nyaman, karena ini masih tantangan pertama. Jika krisis terus berlanjut, maka ada baiknya kalian pikirkan secara matang seberapa pentingnya memiliki dana darurat.
2020 akan jadi a year to remember, ini bisa kita ambil sebagai pelajaran untuk menguji tingkat asuransi mereka, emergency funds. sehingga memiliki kesadaran bahwa itu semua penting.
2020 tentunya akan menjadi tahun yang paling diingat banyak orang. Krisis ini dapat kita ambil sebagai pelajaran untuk menguji tingkat kesiapan kita, terutama dengan asuransi dan dana darurat. Krisis COVID-19 ini akan memberi kita kesadaran seberapa pentingnya semua hal tersebut kita persiapkan untuk keadaan apapun, bukan hanya krisis pandemik, karena bagaimanapun, keadaan ekonomi mudah berubah, dan kita tidak bisa memastikan bahwa pekerjaan kita ada dalam kondisi yang aman.
Itu dia obrolan singkat mengenai beberapa hal yang harus dapat kita pahami dan siapkan jika kita ingin mempersiapkan keuangan kita untuk krisis ini.
Jika kalian ingin mengikuti lebih banyak LIVE seperti ini, kunjungi Instagram GoWork!