Tech In Asia, Indonesia — Perusahaan penyedia layanan coworking space GoWork mengeklaim pendapatan bulanannya kini naik dua kali lipat dibanding sebelum pandemi. Namun, GoWork tidak merinci besaran pendapatan bulanannya itu.
GoWork menyebut pertumbuhan dicapai berkat layanan scale-as-a-service yang membantu korporasi menyiapkan kantor cabang secara fleksibel. Layanan ini dirilis GoWork merespons perubahan tren operasional beberapa perusahaan.
Menurut startup ini, sekarang banyak perusahaan menganut sistem kerja hybrid serta menyediakan kantor operasional kecil di berbagai daerah agar karyawannya tidak harus pindah ke Jakarta.
“Alasan mengapa kami berhasil di mana yang lain gagal adalah karena kami telah mengalami transformasi radikal untuk menyediakan dukungan korporat lengkap di berbagai kota di Indonesia,” tutur co-founder dan CEO GoWork Vanessa Hendriadi.
GoWork mengeklaim pengguna jasanya kini 95 persen merupakan profesional dari korporasi multinasional seperti Deloitte, AirAsia, Pfizer, Nielsen, hingga PT Pegadaian (Persero) yang menempati beberapa lokasi GoWork di sejumlah kota.
Peralihan segmen pengguna GoWork berdampak pada tingkat retensi tahunan perusahaan, yang kini diklaim mencapai 85 persen.
“Kami juga bekerja sama dengan pemilik properti untuk merevitalisasi aset real estate mereka dengan membangun dan mengelola ruang kerja yang dinamis,” ujarnya.
Secara umum, industri coworking space tengah pulih pascaterpuruk selama pandemi. Riset dari Nexudus dan Yardi Kube menyebut, pada awal 2023 tingkat okupansi coworking space global berada di angka 64 persen, tumbuh dari angka 59 persen pada akhir 2021.
Okupansi untuk ruang pertemuan (meeting space) menjadi yang terlaris seiring kembali menggeliatnya pertemuan bisnis secara offline.
77 persen responden mengaku sudah tak lagi merasakan dampak negatif dari pandemi, dan optimistis bisa menumbuhkan angka pendapatan perusahaan pada 2023.
Sumber: GoWork Klaim Mulai Pulih Berkat Perubahan Segmen Pasar